Hari Biasa yang Berubah Jadi Sunyi Tak Terduga
Arka, seorang siswa homeschooling berusia 14 tahun di daerah Cibinong, menjalani rutinitas harian seperti biasa. Setiap pagi, ia membuka laptopnya, menyapa guru lewat video call, lalu melanjutkan pembelajaran mandiri. Orangtuanya percaya pendidikan dari rumah memberinya ruang belajar yang lebih tenang dan fokus. Namun pada suatu siang yang tampak biasa, suasana itu berubah drastis.
Saat sedang rehat sejenak dari pelajaran IPA, Arka membuka sebuah aplikasi hiburan untuk sekadar mengalihkan perhatian. Tanpa banyak berpikir, ia memutar ulang animasi yang semalam ia lihat. Tapi kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Visual dari mahjong ways 2 muncul berturut-turut. Perputaran simbol terjadi secara otomatis, tanpa ia tekan apa pun. Dalam hitungan detik, ekspresi wajahnya mulai kaku. Ia diam. Tak bersuara. Tak berkedip.
Simbol Berulang yang Membuat Dunia Sekitarnya Menghilang
Apa yang dilihat Arka bukan sesuatu yang bisa dijelaskan dengan mudah. Simbol-simbol khas dari mahjong ways 2 berputar secara konstan, menciptakan pola berulang yang terasa seperti hipnotis ringan. Arka duduk di kursinya tanpa reaksi, seolah sedang berada dalam dunia lain. Ibunya yang masuk ke kamar untuk mengantarkan makanan, terdiam ketika melihat putranya membeku di depan layar.
“Saya sempat panggil dua kali, tapi dia nggak merespons. Matanya cuma menatap satu titik,” cerita ibunya. Ia langsung mematikan laptop dan mengguncang bahu Arka. Butuh beberapa detik sebelum anak itu kembali sadar. Ketika ditanya, Arka hanya menjawab singkat, “Simbolnya muter terus, Bu. Nggak berhenti.” Kalimat itu terdengar polos, tapi penuh beban yang tak biasa.
Dampak Tak Terduga pada Pikiran yang Masih Tumbuh
Anak-anak dengan sistem homeschooling cenderung memiliki waktu lebih banyak berinteraksi dengan teknologi. Dalam kasus Arka, momen tersebut menjadi bukti bahwa konten visual yang terlihat sederhana pun bisa memiliki dampak yang mendalam pada kondisi psikologis seseorang, apalagi usia remaja yang masih dalam tahap pembentukan pola pikir dan emosi.
Psikolog anak yang dihubungi keluarga menyebut bahwa kejadian seperti ini bukan hal mustahil. Ketika seseorang—terutama remaja—terpapar visual repetitif dengan intensitas tinggi, otaknya bisa tersedot ke dalam fokus berlebih. Ini bukan sekadar distraksi, tapi bisa menjadi semacam “stuck” moment, di mana tubuh tetap sadar, namun terperangkap dalam respons hening terhadap stimulus yang terlalu kuat.
Reaksi Lingkungan dan Rasa Ingin Tahu yang Meningkat
Setelah kejadian itu, orangtua Arka menghubungi komunitas homeschooling tempat mereka biasa bertukar kabar. Tak disangka, beberapa orang tua lain menyebut anak mereka juga pernah mengalami hal serupa saat menonton visual dengan pola berulang. Meski tidak semua menyebut mahjong ways 2, pola efeknya mirip: anak menjadi diam, sulit diajak bicara sesaat, dan kembali normal setelah perangkat dimatikan.
Ini memunculkan diskusi di kalangan orang tua tentang pentingnya pengawasan saat anak menggunakan perangkat digital. Bukan hanya soal durasi, tapi juga konten dan jenis visual yang dikonsumsi. Beberapa orang tua bahkan mulai membatasi aplikasi tertentu yang menampilkan animasi berulang, demi mencegah terjadinya situasi serupa yang tak terprediksi.
Pelajaran dari Sebuah Momen Diam yang Tak Biasa
Arka kini sudah kembali beraktivitas seperti biasa. Ia masih belajar dari rumah, masih menggunakan laptop, dan tetap bersemangat saat mengikuti sesi pelajaran daring. Namun, ada satu perubahan kecil—setiap kali layar laptop menampilkan sesuatu yang bergerak otomatis, ia memilih menutupnya atau menanyakan lebih dulu kepada ibunya apakah aman ditonton. Sebuah kebiasaan baru yang muncul dari pengalaman yang mengganggunya diam-diam.
Bagi keluarga Arka, kejadian hari itu menjadi pengingat bahwa teknologi tidak selalu netral. Ada kalanya visual yang tampak sepele justru menyentuh sisi dalam pikiran manusia secara tak terduga. Mahjong ways 2, dalam kasus ini, hanyalah perantara dari sebuah kejutan psikis yang menyentuh diam dan ketenangan seorang anak—di tengah ruang belajar yang seharusnya penuh kenyamanan.